Kamis, 07 November 2013

Ilmu yang bermanfaat


Assalamu'alaikum sahabat Endah..
Tetap semangat kan hari ini..?
Alhamdulillah.. mudah-mudahan semuanya terus semangat ya. Karena dengan terus bersemangat, Insya Allah kegiatan apapun akan mampu dilakukan. 
Contohnya nih, dalam hal mencari ilmu, kita diwajibkan untuk mengerahkan seluruh kesungguhan kita, juga himmah (semangat) kita dalam rangka mencari ilmu Allah.
Supaya apa ?
Supaya ilmu yang kita pelajari bisa bermanfaat bagi kita.

Tapi ilmu yang bermanfaat itu bukan sekedar dilihat dari jenis ilmunya saja loh, akan tetapi dilihat siapa yang menggenggamnya. Kita tarik sebagai contoh yaitu "ilmu mencuri". Kira-kira ilmu mencuri ini bermanfaat gak sih..?

Sekilas memang kita bisa menilai bahwa mencuri itu tidak ada manfaatnya, karena kita melihat dari jenisnya. Akan tetapi, ilmu tersebut akan menjadi bermanfaat bagi petugas polisi untuk dipergunakan dalam mencegah dan mengungkap suatu kejahatan. Sekarang ini sudah banyak tuh kriminolog-kriminolog yang berperan penting dalam membongkar kasus & mengungkap modus tindak suatu kejahatan (kriminal).

Dan mungkin akan menjadi sebaliknya, ilmu mencuri itu akan tidak bermanfaat apabila yang memegangnya bermoral rendah. Mungkin saja ilmu tersebut akan dipergunakannya untuk hal kejahatan.  

Kita ambil contoh lainnya ya..  
Misalkan ada seseorang yang sudah memahami berbagai macam disiplin ilmu agama, seperti Tauhid, Fiqih, Ulumul Quran, Ulumul Hadits, dll. Subhanallah... luar biasa ya.. 
Apalagi jika ilmu-ilmu tersebut dia share, dia sampaikan kepada ummat, dia manfaatkan ilmu tersebut untuk berdakwah, lewat ilmu yang telah dia pelajari. Maka ilmu itu akan bermanfaat baginya, juga bermanfaat untuk masyarakat lainnya.



Akan tetapi, Jika dia tidak memiliki kepedulian dalam menyampaikan agama maka ilmunya tersebut menjadi madharat. Meski ilmunya terlihat banyak dan luas namun ilmunya tidak menjadi manfaat bagi dirinya maupun orang lain.

Kalau begitu, ilmu itu seperti alat ya? tergantung kepada siapa yang menggunakannya?
Betul sekali,!!
Seperti dalam istilah "The man behind the gun". Ilmu bagaikan sebuah senjata, bisa bermanfaat atau tidak, berbahaya atau tidak, semua itu bergantung manusia yang menggunakannya. Maka penting sekali pribadi yang akan menggenggam suatu ilmu itu. Karena semua sangat tergantung kepada pribadi tersebut.

Nah, agar suatu ilmu itu dapat menjangkau kemanfaatan yang luas, baik di dunia maupun akhirat. Maka harus diperhatikan awal start (bidayah) meraihnya dulu.


Pertama, kedisiplinan.
Kedua, menjauhi larangan Allah. 
Ketiga, menjalankan apa yang diperintahkan Allah.

Ilmu yang akan bermanfaat diumpamakan seperti cahaya di kegelapan. Ulama Sufi menyebutkan, Al-Ilmu Nurun wa nurullah laa yuhdaa lil ’aashiii ( الْـعِـلْـمَ نُـوْرٌ وَنُوْرُ اللهِ لاَ يُهْدَى لِلْعَاصِي ). Ilmu adalah cahaya, cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat kepada-Nya. Walaupun ilmunya banyak, tetapi jika berbuat maksiat cahayanya akan hilang. Dia hanya akan mendapatkan ilmu itu hanya sekedar tahu saja. Ilmunya tidak menjadi cahaya, karena ia berani melakukan larangan Allah. Ilmu menjadi cahaya bagi dirinya apabila ia mampu menjauhi larangan Allah dan melaksanakan perintah Allah yang diketahuinya.


Selain itu dalam proses belajar, penting sekali menjaga diri dari makanan yang haram. Makanan, minuman dan pakaian mesti dijauhkan dari yang haram agar ia tidak mendapatkan sekedar ilmu (tahu) namun tidak menyinari dirinya. Inilah sudut keharaman dilihat dari ilmu Fiqih.


Dalam sisi ilmu Tasawuf, melihat pasangan jenis yang dapat menimbulkan syahwat (zina mata) juga diharamkan, karena akan menghilangkan cahaya ilmu yang digengamnya.


Ibadah yang benar mesti terpenuhi Ilmu Fiqih dan Tasawuf dengan benar. Ilmu Fiqih berkaitan dengan hal-hal yang zhahir, Ilmu Tasawuf berkaitan dengan hati (qalbu). Contoh, bacaan dan gerakan dalam sholat sejak takbir hingga salam adalah amal lahir (Fiqih). Sedangkan hati yang tersambung kepada Allah merupakan amal batin (Tasawuf). Sholat yang benar adalah sholat yang terpenuhi kedua aspek tadi.

Nah itulah sekilah tentang ilmu yang bermanfaat, atau disebut juga Ilmu Nafi.
Mudah-mudahan ilmu yang telah kita pelajari bisa bermanfaat bagi kita dan menjadi cahaya bagi diri kita. Maka tergantung kepada kita yang menggunakan ilmu tersebut.
Intinya, untuk mendapatkan illmu yang bermanfaat mesti dijaga apa yang dilarang Allah baik berkaitan dengan Fiqih maupun Tasawuf. 

sumber : http://www.al-idrisiyyah.com/





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar ^_^

 
blogger template by arcane palette